Kamis, 13 Desember 2012

BLACK OUT 2012

Metrotvnews.com, Jakarta: Berita-berita yang menyebut kiamat terjadi pada 21 Desember 2012 dan tiga hari menjelang Natal akan terjadi gelap total adalah bohong. Hal itu ditegaskan pakar astronomi Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, Prof Dr Thomas Djamaluddin.

"Ramalan kiamat itu didasari kalender hitungan panjang suku Maya yang oleh antropolog pun sudah ditepis. Dari sisi astronomi juga tidak ilmiah," kata Deputi Sains, Pengkajian, dan Informasi Kedirgantaraan Lapan itu, di Jakarta, Ahad (11/11).

Ia juga membantah jika ramalan kiamat itu terkait dengan hasil riset NASA. Sebelumnya, merebak rumor bahwa riset NASA menyebutkan semua planet, termasuk matahari dan bumi, pada 21 Desember berada sejajar membentuk sebuah garis lurus untuk pertama kalinya. Fenomena khayalan ini menyebabkan bumi tertutup planet hingga terjadi kegelapan total pada 23-25 Desember 2012.

"Berita `blackout` itu bohong. Tidak ada konfigurasi segarisnya planet dan tidak mungkin matahari terhalangi penuh, sehingga bumi gelap. Info yang menyebut NASA juga bohong," tukasnya.

Satu-satunya keterkaitan astronomi dengan kiamat 2012 itu yang benar adalah soal puncak aktivitas matahari pada 2012, di mana medan magnet matahari mencapai suatu tingkat kompleksitas magnetik terlalu tinggi, sehingga melepaskan energi.

"Tapi itupun telah bergeser ke pertengahan 2013," ujarnya.

Sekarang ini, lanjut dia, intensitas badai matahari masih rendah, dengan rata-rata sekali dalam sebulan, tapi semakin lama akan semakin sering di mana pada Mei 2013, dalam sehari bisa terjadi beberapa kali badai matahari.

Namun, ujarnya, badai matahari tidak berpengaruh pada manusia di bumi, karena bumi memiliki lapisan magnetik (magnetosir) yang melindungi bumi dari partikel berenergi tinggi dengan membelokkannya ke kutub, yang muncul sebagai fenomena aurora.

Radiasi Sinar X dan Ultra Violet dari matahari juga difilter oleh atmosfer bumi yang mengandung lapisan ozon, sehingga tak berpengaruh apapun pada bumi, papatnya.

"Dua hari lalu terjadi badai matahari, tapi kita sudah lihat tidak berpengaruh apapun kepada bumi," ucapnya.

Badai matahari, lanjut dia, hanya memberi gangguan pada teknologi satelit dan komunikasi, khususnya di negara-negara di lintang tinggi seperti di Eropa, Rusia, Kanada dan AS, tidak di negara di ekuator seperti Indonesia. (Ant/Wrt3)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar